Begitulah kira-kira suatu pernyataan yang akan selalu saya ingat didalam
hidup saya. Waktu itu saya masih seorang penganut Kristen Katolik
berusia 12 tahun yang banyak sekali pertanyaan didalam hidup saya.
Diantara pertanyaan-pertanyaan itu, tiga pertanyaan yang paling besar
adalah: Darimana asal kehidupan ini, Untuk apa adanya kehidupan ini, dan
akan seperti apa akhir daripada kehidupan ini. Dari tiga pertanyaan
tersebut muncullah pertanyaan-pertanyaan turunan, “Kenapa tuhan pencipta
kehidupan ini ada 3, tuhan bapa, putra dan roh kudus? Darimana asal
tuhan bapa?”, atau “Mengapa tuhan bisa disalib dan dibunuh lalu mati,
lalu bangkit lagi?”. Jawaban-jawaban itu selalu akan mendapatkan jawaban
yang mengambang dan tak memuaskan.
Ketidakpuasan lalu mendorong saya untuk mencari jawaban di dalam
alkitab, kitab yang datang dari tuhan, yang saya pikir waktu itu bisa
memberikan jawaban. Sejak saat itu, mulailah saya mempelajari isi
alkitab yang belasan tahun tidak pernah saya buka secara sadar dan
sengaja. Betapa terkejutnya saya, setelah sedikit berusaha memahami dan
mendalami alkitab, saya baru saja mengetahui pada saat itu jika 14 dari
27 surat dari injil perjanjian baru ternyata ditulis oleh manusia, saya
hampir tidak percaya bahwa lebih dari setengah isi kitab yang katanya
kitab tuhan ditulis oleh manusia, yaitu Santo Paulus. Lebih terkejut
lagi ketika saya mengetahui bahwa sisa kitab yang lainnya juga merupakan
tulisan tangan manusia setelah wafatnya Yesus. Sederhananya, Yesus pun
tidak mengetahui apa isi injilnya. Lebih dari itu semua, konsep trinitas
yang menyatakan tuhan itu tiga dalam satu dan satu dalam tiga (Bapa,
Anak, dan Roh Kudus) yang merupakan inti dari ajaran kristen pun
ternyata adalah hasil konggres di kota Nicea pada tahun 325 M. Ketika
proses mencari jawaban di dalam alkitab pun, saya menemukan sangat
sedikit sekali keterangan yang diberikan di dalam alkitab tentang
kehidupan setelah mati hari kiamat dan asal usul manusia.
Setelah proses pencarian jawaban di dalam alkitab itu, saya memutuskan
bahwa agama yang saya anut tidaklah pantas untuk dipertahankan atau
diseriusi, karena tidak memberikan saya jawaban atas pertanyaan mendasar
saya, juga tidak memberikan kepada saya pedoman dan solusi dalam
menjalani hidup ini. Sejak saat itu, saya memutuskan untuk menjadi
seseorang yang tidak beragama, tetapi tetap percaya kepada Tuhan. Saya
mengambil kesimpulan bahwa semua agama tidak ada yang benar, karena
sudah diselewengkan oleh penganutnya seiring dengan waktu. Saya
menganggap semua agama sama, tidak ada yang benar dan tidak ada yang
salah. Saya juga berpandangan bahwa Tuhan laksana matahari, dimana para
nabi dengan agamanya masing-masing adalah bulan yang memantulkan cahaya
matahari, dan pemantulan itu tidak ada yang sempurna, sehingga agama pun
tidak ada yang sempurna Tanpa sadar waktu itu saya masuk kedalam
ideologi sekular. Menjadilah saya manusia yang sinkretis dan pluralis
pada waktu itu.
Tetapi semua pandangan itu berubah 5 tahun kemudian ketika saya memasuki
semester ketiga saya ketika berkuliah di salah satu PTN. Saya menemukan
bahwa teori saya bahwa semua agama itu sama hancur samasekali dengan
adanya realitas baru yang saya dapatkan. Lewat pertemuan saya dengan
seorang ustadz muda aktivis gerakan da’wah islam internasional,
perkenalan saya dengan al-Qur’an dimulai. Diskusi itu bermula dari
perdebatan saya dengan seorang teman saya tentang kebenaran. Dia
berpendapat bahwa kebenaran ada di dalam al-Qur’an, sedangkan saya belum
mendapatkan kebenaran. Sehingga dipertemukanlah saya dengan ustadz muda
ini untuk berdiskusi lebih lanjut.
Setelah bertemu dan berkenalan dengan ustadz muda ini, saya lalu
bercerota tentang pengalaman hidup saya termasuk ketiga pertanyaan hidup
saya yang paling besar. Kami lalu berdiskusi dan mencapai suatu
kesepakatan tentang adanya Tuhan pencipta alam semesta. Adanya Tuhan,
atau Sang Pencipta memanglah sesuatu yang tidak bisa disangkal dan
dinafikkan bila kita benar-benar memperhatikan sekeliling kita. Tapi
saya lalu bertanya pada ustadz muda itu “Saya yakin Tuhan itu ada, dan
saya berasal dari-Nya, tapi masalahnya ada 5 agama yang mengklaim mereka
punya petunjuk bagi manusia untuk menjalani hidupnya. Yang manakah lalu
yang bisa kita percaya?!”. Ustadz muda itu berkata “Apapun diciptakan
pasti mempunyai petunjuk tentang caranya bekerja” lalu dia menambahkan
“Begitupun juga manusia, masalahnya, yang manakah kitab petunjuk yang
paling benar dan bisa membuktikan diri kalau ia datang dari Sang
Pencipta atau Tuhan yang Maha Kuasa” lalu diapun membacakan suatu ayat
dalam al-Qur’an:
Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (TQS al-Baqarah [2]:2)
Ketika saya membaca ayat ini saya terpesona dengan ketegasan dan kejelasan serta ketinggian makna daripada kitab itu. Mengapa penulis kitab itu berani menuliskan seperti itu?. Seolah membaca pikiran saya, ustadz itu melanjutkan “kata-kata ini adalah hal yang sangat wajar bila penulisnya bukanlah manusia, ciptaan yang terbatas, Melainkan Pencipta. Not creation but The Creator. Bahkan al-Qur’an menantang manusia untuk mendatangkan yang semacamnya!”
Ketika saya membaca ayat ini saya terpesona dengan ketegasan dan kejelasan serta ketinggian makna daripada kitab itu. Mengapa penulis kitab itu berani menuliskan seperti itu?. Seolah membaca pikiran saya, ustadz itu melanjutkan “kata-kata ini adalah hal yang sangat wajar bila penulisnya bukanlah manusia, ciptaan yang terbatas, Melainkan Pencipta. Not creation but The Creator. Bahkan al-Qur’an menantang manusia untuk mendatangkan yang semacamnya!”
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan
tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad),
buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar (TQS al-Baqarah [2]: 23)
Waktu itu saya membeku, pikiran saya bergejolak, seolah seperti jerami
kering yang terbakar api. Dalam hati saya berkata “Mungkin inilah
kebenaran yang selama ini saya cari!”. Tetapi waktu itu ada beberapa
keraguan yang menyelimuti diri saya, belum mau mengakui bahwa memang
al-Qur’an adalah suatu kitab yang sangat istimewa, yang tiada seorangpun
yang bisa mendatangkan yang semacamnya. Lalu saya bertanya lagi “Lalu
mengapa agama yang sedemikian hebat malah terpuruk, menjadi pesakitan,
hina dan menghinakan dirinya sendiri?”. Dengan tersenyum dan penuh
ketenangan ustadz muda itu menjawab “Islam tidak sama dengan Muslim.
Islam sempurna, mulia dan tinggi, tidak ada satupun yang tidak bisa
dijelaskan dan dijawab dalam Islam. Muslim akan mulia, tinggi juga
hebat. Dengan satu syarat, mereka mengambil Islam secara kaffah
(sempurna) dalam kehidupan mereka”
Jadi maksud ustadz, muslim yang sekarang tidak atau belum menerapkan Islam secara sempurna?!” sata menyimpulkan.
“Ya, itulah kenyataan yang bisa Anda lihat” tegas ustadz muda itu.
Lalu saya dijelaskan panjang lebar
tentang maksud bahwa Islam berbeda dengan Muslim. Penjelasan itu sangat
luar biasa, sehingga memperlihatkan bagaimana sistem Islam kaffah
bekerja. Sesuatu yang belum pernah saya dengar tentang Islam sampai saat
itu, sesuatu yang tersembunyi (atau sengaja disembunyikan) dari Islam
selama ini. Saat itu saya sadar betul kelebihan dan kebenaran Islam.
Hanya saja selama ini saya membenci Islam karena saya hanya melihat
muslimnya bukan Islam. Hanya melihat sebagian dari Islam bukan
keseluruhan.
Akhirnya ketiga pertanyaan besar saya
selama ini terjawab dengan sempurna. Bahwa saya berasal dari Sang
Pencipta dan itu adalah Allah SWT. Saya hidup untuk beribadah (secara
luas) kepada-Nya karena itulah perintah-Nya yang tertulis didalam
al-Qur’an. Dan al-Qur’an dijamin datang dari-Nya karena tak ada
seorangpun manusia yang mampu mendatangkan yang semacamnya. Setelah
hidup ini berakhir, kepada Allah saya akan kembali dan membawa perbuatan
ibadah saya selama hidup dan dipertanggungjawabkan kepada-Nya sesuai
dengan aturan yang diturunkan oleh Allah. Setelah yakin dan memastikan
untuk jujur pada hasil pemikiran saya. Saya memutuskan:
“Baik, kalau begitu saya akan masuk Islam!”
Saya tahu, saya akan menemui banyak
sekali tantangan ketika saya memutuskan hal ini. Saya memiliki
lingkungan yang tendensius kepada Islam dan saya yakin keputusan ini
tidak akan membuat mereka senang. Tapi bagaimana lagi, apakah saya harus
mempertahankan perasaan dan kebohongan dengan mengorbankan kebenaran
yang saya cari selama ini?!. “Tidak, sama sekali tidak” saya memastikan
pada diri saya sendiri lagi. Artinya walaupun tantangan di depan mata,
saya yakin bahwa Allah, yang memberikan saya semuanya inilah yang pantas
dan harus didahulukan.
Setelah menemukan Islam, saya menemukan
ketenangan sekaligus perjuangan. Ketenangan pada hati dan pikiran karena
kebenaran Islam. Dan perjuangan karena banyak muslim yang masih
terpisah dengan Islam dan tidak mengetahui hakikat Islam seperti yang
saya ketahui, kenikmatan Islam yang saya nikmati dan bangga kepada Islam
seperti saya bangga kepada Islam. Dan mudah-mudahan, sampai akhir hidup
saya dan keluarga saya, kami akan terus di barisan pembela Islam yang
terpercaya. Janji Allah sangat jelas, dan akan terbukti dalam waktu
dekat. Allahuakbar!
Dan Allah Telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka
bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka
tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka
Itulah orang-orang yang fasik (TQS an-Nuur [24]: 55)
Terimakasih Allah SWT, telah memberiku al-Qur’an dan taufik.
Terimakasih wahai rasulullah Muhammad saw. atas kasih sayang dan
perjuangannya. Terimakasih untuk Mami yang telah melahirkan dan mengasuh
serta membesarkanku. Papi atas pelajaran nalar dan kritisnya sehingga
aku bisa menemukan Islam. al-Ustadz Fatih Karim atas kesabaran dan
persaudaraanya. al-Ustadz Ahmad Muhdi atas kritik dan perhatiannya. Ummi
Iin atas percaya dan penurutnya. Teman-teman HDHT, terimakasih atas
bimbingannya
0 comments:
Post a Comment